Senin, 19 Februari 2018

Warung Mbo Yem

Setelah kalian baca postingan "fakta unik gunung lawu". aku akan memposting fakta unik dari warung mbo yem.


Mbok Yem ini bernama asli Wakiyem. Dia sudah tinggal menetap di Gunung Lawu sejak tahun 1980-an. Bukan di lereng atau kaki gunung, namun ibu empat anak ini tinggal di sebuah pondok yang terletak beberapa meter dari Puncak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.

Gunung Lawu sendiri punya ketinggian 3265 Mdpl, kebayang sih ya dinginnya kaya apa. Dan di atas sanalah, seorang wanita tua yang tak lagi dapat mengingat usianya sendiri menjadi bagian dari legenda Puncak Gunung Lawu. Sudah lebih dari 25 tahun, wanita dengan postur gemuk ini menetap disana. Yang awalnya bersama sang suami dan anak-anaknya, hingga kini suaminya sudah meninggal dunia.

  • Tak hanya tinggal menetap saja, namun Mbok Yem juga berjualan makanan dan minuman demi memanjakan kaum pendaki. Kamu yang akan mendaki Lawu tak perlu kebingungan membawa makanan lagi

Dilansir dari tribunnews.com, Mbok Yem sudah menjual pecel dan aneka gorengan sejak tahun 80-an tadi. Hingga kini kondisinya sudah tidak fit lagi, Mbok Yem masih bertahan mengais rizki. Sebenarnya juga merupakan hal wajar bila fisik Mbok Yem sering drop. Pasalnya, Gunung Lawu memang dikenal memiliki cuaca ekstrem. Akhir Agustus hingga saat ini, di sana sedang berkecamuk angin kencang. Bahkan, saat malam hari, suhu bisa mencapai minus 5 derajat.

  • Percaya nggak percaya, dalam setahun si Mbok Yem ini hanya turun gunung sebanyak tiga kali. Kalau setahun kamu bisa tiga kali ke Lawu, berarti ya sama aja

Mbok Yem bakal turun saat Idul Fitri dan ada keluarga yang sedang punya hajat atau hari-hari besar. Dia bilang, kalau turun gunung pun paling lama hanya sekitar sepuluh hari. Untuk pasokan air bersih, Mbok Yem mendapatkannya dari mata air Sendang Drajat yang terletak di basecamp pos 5. Dari pondok Mbok Yem  menuju ke mata air itu bisa ditempuh jalan kaki sekitar sepuluh menit.

  • Konon katanya, warung Mbok Yem ini merupakan warung tertinggi di Indonesia. Memang sih, kadang ada warung juga di gunung-gunung lainnya, tapi kebanyakan bersifat musiman saja


Sebutlah Rinjani, Arjuno, Welirang, Semeru, Penanggungan, dan Merbabu. Kalau kamu pernah ke sana, mungkin kamu juga pernah mendapati para pedagang makanan atau minuman. Tapi yang perlu kamu tahu, warung-warung itu sifatnya hanya musiman, alias tidak permanen dan ditinggali selamanya seperti yang dilakukan Mbok Yem. Para pedagang di gunung-gunung lainnya hanya berjualan di momen-momen tertentu ramainya gunung atau saat akhir pekan saja.

  • Walau selalu ramai dikunjungi ratusan pendaki, yang mengherankan ialah warung Mbok Yem tak pernah kehabisan stok bahan makanan. Menu andalan berupa nasi pecel dan telur ceplok selalu siap dihidangkan

Mbok Yem juga selalu sedia aneka wedang dan softdrink. Dilansir dari tribunnews.com, Mbok Yem menyatakan bahwa selalu ada orang yang mengirim bahan makanan ke warungnya, tiga kali dalam seminggu. Jangan salah juga, nasi pecel bukan menu satu-satunya di warung tersebut. Sebab, di momen-momen tertentu, Mbok Yem akan memasak hidangan lainnya. Seperti soto saat bulan Suro misalnya. Untuk nasi pecel legendaris sendiri cukup merogoh kocek senilai Rp 10 ribu aja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar